Monday, August 3, 2009

My Son....


Anakku….
Masih aku ingat pertama kali doktor serahkan engkau yang baru lahir diruang menunggu bilik bedah…sejuk tanganku…ketar seluruh tubuhku…bergenang air mataku, hinggakan bait – bait Azan yang aku cuba laungkan ketelingamu pun hampir aku lupa. Dan aku sebak dalam kegembiraan. Terkenang aku akan wajah ibumu , isteriku . Tak sangka setelah 9 bulan menuggu kehadiranmu, detik – detik kelahiranmu menjelma menjadi kenyataan…shahdu...

Anakku…
Saat pertama engkau hadir, ku cium dan ku peluk engkau sebagai buah cinta ku dan cinta ibu mu. Sebagai bukti dan pengikat kasih sayang antara aku dan ibu mu .
Tapi…., seiring waktu berjalan, ketika engkau tumbuh besar dan telah pula pandai bicara, ketika engkau telah mampu membantah suruhan ku dengan kata “ ‘TAK MAU “ tersentak di dada ku…! Masih terngiang-ngiang kata – kata itu di telingaku..Terasa perit hatiku..
Baru aku sedar siapa engkau sebenarnya … Engkau bukan milik mutlak diriku , bukan milik mutlak isteriku , ibu mu , sesungguhnya engkau milik ALLAH yang dikirimkan kepadaku. Yang diamanahkan untukku dan ibumu. Sejak waktu itu, aku berjanji , satu – satunya usahaku adalah untuk mendekatkan dirimu kepada pemilikmu yang sebenarnya.

Anakku…
Tugas ku bukanlah membuat mu dikagumi orang lain, tapi tugas ku sebenarnya adalah membuat mu dicintai ALLAH.
Inilah usaha terberat ku, kerana disitu ertinya aku harus terlebih dahulu memberikan contoh kepada mu bagaimana mendekatkan diri dengan NYA. Keinginan ku harus sesuai dengan keinginan NYA.


Anakku…..
Kemudian, kita pun memulai perjalanan itu berdua bergandingan dengan ibu mu, tak pernah engkau kami biarkan tersandung, terperosok keranjau dan duri, ditatang dengan seribu keupayaanku . Ku genggam jari jemari mu kupeluk jiwa mu, agar dapat kau rasakan hangatnya perjalanan rohani ini.

Anakku…
Saat engkau mengeluh letih berjalan, ku tarik engkau dengan belaian sayang kerana kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mendekat dengan NYA tak kenal letih tak kenal berhenti.. Berhenti bererti mati mata hati. Inilah kata-kataku. Seringkali ku belai , ku peluk dan ku usap air matamu ketika engkau hampir putus asa.

Akhir nya nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan NYA di padang mahsyar, kudapati jarakku amat jauh dari NYA, aku ikhlas, aku rela dan aku redha, kerana seperti itulah aku di dunia. Tapi kalau boleh aku berharap, aku ingin melihat mu disaat itu engkau berada dalam pelukan NYA, dekat sekali dengan Kasih dan Cinta NYA.
Bangga aku, bangga ibumu , kerana itulah bukti bahwa engkau yang dikirimkan kepadaku telah dapat pula aku kembalikan kepada Pemilik Nya, ALLAH RABBUL ‘ALAMIN.

1 comment:

Anonymous said...

Sedih ana bila membaca nukilan enta.Terkedu sekejap bila teringat anak anak.